Oleh : Onesimus F. Napang
Tuan ku pemberi harapan palsu
Ah...engkau bukanlah nahkoda yang baik bagiku
Engkau yang sebenarnya, memberi aku ruang berkreasi
Untuk membentuk karakter dan watak anak bua hatimu
Engku yang gagah perkasa, tegar dan luguh
Seakan-akan menghembuskan angis semilir
Yang tak tau arah datang dan tujuan
Engkau yang selama ini aku anggap
Bersama mengarungi, derasnya gelombang dari ketertinggalan
Pendidikan
Ekonomi
Tuan ku
Tidak kah engkau dengar
Tangisan anak bua hati mu
Mereka haus akan pengetahuan
serta kemelaratan
Tuan ku
Tidak kah, engkau malu
Sidiran sang guru besar
Yang seakan kita masih terbelakang
Diantara yang tertinggal
Tuan ku
Tidak kah engkau prihatin dan sedih
Dengan ketersesatan anak bua hatimu
Tuan ku
Itu tangisan
Bukan nyayian
Yang seolah membuat semua orang terhibur
Tuan ku
Kriteria dan aturan mu aku turuti
Niat dan ke inginan untuk bangun dari tidur yang panjang ini
Begitu besar dan tulus
Apakah engkau, belum puas dengan hasil kerja dan pengorbanan ku
Apalah perahu yang engkau kendalikan, dibebani oleh ribuan jangkar
Yang kandas di batu karang
Tuan ku
Teriakan ku memang lebih kecil
Dari pada teriakan suara besar dari pembisik mu
Engkau lebih mengikuti nasehat mereka
Ah...tuan ku, cukup hari ini kejadian seperti ini
Aku tak tak mau ini terulang kembali
Jakarta, 20 Januari 2018
PMKRI Jaktim (Marga III)
Foto : by google. |
Tuan ku pemberi harapan palsu
Ah...engkau bukanlah nahkoda yang baik bagiku
Engkau yang sebenarnya, memberi aku ruang berkreasi
Untuk membentuk karakter dan watak anak bua hatimu
Engku yang gagah perkasa, tegar dan luguh
Seakan-akan menghembuskan angis semilir
Yang tak tau arah datang dan tujuan
Engkau yang selama ini aku anggap
Bersama mengarungi, derasnya gelombang dari ketertinggalan
Pendidikan
Ekonomi
Tuan ku
Tidak kah engkau dengar
Tangisan anak bua hati mu
Mereka haus akan pengetahuan
serta kemelaratan
Tuan ku
Tidak kah, engkau malu
Sidiran sang guru besar
Yang seakan kita masih terbelakang
Diantara yang tertinggal
Tuan ku
Tidak kah engkau prihatin dan sedih
Dengan ketersesatan anak bua hatimu
Tuan ku
Itu tangisan
Bukan nyayian
Yang seolah membuat semua orang terhibur
Tuan ku
Kriteria dan aturan mu aku turuti
Niat dan ke inginan untuk bangun dari tidur yang panjang ini
Begitu besar dan tulus
Apakah engkau, belum puas dengan hasil kerja dan pengorbanan ku
Apalah perahu yang engkau kendalikan, dibebani oleh ribuan jangkar
Yang kandas di batu karang
Tuan ku
Teriakan ku memang lebih kecil
Dari pada teriakan suara besar dari pembisik mu
Engkau lebih mengikuti nasehat mereka
Ah...tuan ku, cukup hari ini kejadian seperti ini
Aku tak tak mau ini terulang kembali
Jakarta, 20 Januari 2018
PMKRI Jaktim (Marga III)
Posting Komentar